Halo sobat,
namaku Afi. Aku seorang movieholic. Aku punya seorang sahabat, namanya Laura.
Aku sudah lupa bagaimana dulu kami berkenalan, tapi yang aku ingat, kami sudah
sangat lama berteman. Menurutku, Laura adalah orang terbaik dalam hidupku
setelah keluargaku. Maklum, orang jomblo. Aku anak Kedua dari tiga bersaudara.
Aku punya seorang Kakak lelaki dan adik perempuan yang masih berumur lima
tahun. Abangku bernama Satria, jadi aku suka memanggilnya Bangsat, karena
menurutku sesuai dengan perilakunya yang suka menggodaku dan membuat nangis
Leona, adik bungsuku.
Karena aku
tidak punya kakak, aku sudah menganggap Laura adalah kakakku. Begitu pula dia,
karena kebetulan sekali dia tidak punya adik perempuan sepertiku. Laura lima
bersaudara, dia anak bungsu yang punya tiga saudara laki-laki dan satu-satunya
saudara perempuannya adalah kakak tertuanya, yang sudah menikah. Lebih baik
tidak usah kuceritakan kelakuan abang-abangnya, yang pasti lebih jahil dan
lebih menyusahkan daripada Satria. Rumahku dan rumah Laura hanya berjarak
sekitar sepuluh rumah, jadi aku suka bersepeda kerumahnya hanya untuk sekedar
mengerjakan PR bersama atau mengajak bermain.
Hal lain
yang kusuka dari Laura adalah dia seorang movieholic juga, sama sepertiku.
Bedanya dia suka film action, sedangkan aku lebih suka drama korea. Meskipun
Laura suka film action, tapi dia juga mau menemaniku menonton drama korea,
begitu pula sebaliknya. Di akhir minggu,kami suka menonton film bersama,
berganti-gantian di rumahku atau di rumahnya.
Minggu ini,
seharusnya giliran menonton dirumahku. Tapi Laura tidak bisa datang karena dia
pergi weekend bersama keluarga besarnya. Aku sudah membeli beberapa DVD drama
korea semalam, jadi aku merasa sayang jika tidak menontonnya. Alhasil, aku
menontonnya sendirian tanpa Laura. Inilah fakta Drama Korea, mampu membuat air
mataku jatuh, meski ada beberapa keping DVD yang kupatahkan karena endingnya
bikin aku ga nahan.
Tapi aku terharu dengan DVD yang baru
ku tonton ini. Ceritanya tentang
pasangan yang ga bisa satu gara-gara perang kedua daerah tempat mereka
masing-masing tinggal. Si cowo ngasih buku yang isinya album kenangan mereka
berdua selama masa pedekate hingga pacaran sebelum dia pergi perang. Abis itu
perangnya selesai kedua daerah mereka berdamai, tapi si cowo ga balik juga.
Orangtua si cewe menjodohkan dia dengan orang lain, karena si cowok yang
dianggap uda mati. Di hari pernikahannya, sebelum cincin dipasangkan, si cowo
menghentikan pernikahan itu dan mereka akhirnya bisa bersama. Awalnya si cewe
ga percaya kalau si cowok masih hidup, tapi ternyata si cowo punya replika
album kenangan mereka. Akhirnya mereka bisa hidup bersama dan bahagia. Romantis
bangeeeeeeet!
Dua bulan lagi Laura berulangtahun
yang ke 17. How lucky she is! Mungkin
aku bisa merayakan sweetseventeenku setelah lulus SMA. Yah, derita kecepatan
masuk sekolah. Aku mendapat pencerahan dengan menonton drama korea itu. Hadiah
yang ga makan biaya banyak, unik dan bermakna, SCRAPBOOK! Atau lebih semcam
album kenangan kebersamaan kami selama ini. Well, karena dia ulang tahun ke 17,
jadi aku akan buat judul bukunya HAPPY 17th dan jumlah halamannya sebnayk 17
lembar. Kece kan?
Akun ga punya siapa-siapa untuk
membantuku membuat proyek ini, jadi aku meminta Laura untuk membantuku
sekaligus memberi nasihat, karena Laura cukup expert dalam hal Kerajinan
tangan. Aneh memang, tapi dia sama sekali tidak tahu kalau aku sedang buiat scrapbook
untuk hadiah ulang tahunnya. Dia hanya membantuku menggunting atau membuat
hiasan. Kubilang saja aku ingin membuat hiasan kamar. Dia percaya saja, karena
saat ia ikut membantu scrapbook ini masih berbentuk lembaran dan belum tampak
seperti buku.
Besok adalah ulangtahun Laura. Malam
ini aku sengaja tidak bergadang untuk mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN pada
Laura pada jam 12 tepat seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku ingin membuat tahun
ini menjadi berbeda untuknya. Tepat jam Satu malam, aku terbangun mendengar
suara handphoneku berbunyi. Laura menelpon. Mungkin dia bertanya-tanay mengapa
aku tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Aku sengaja tidak mengangkat
karena aku ingin dia semakin gelisah memikirkan aku tidak mengucapkan selamat.
Esok paginya, aku bangun terlambat,
karena kebetulan hari ini adalah hari libur. Yaampun ulangtahun Laura! Kucek
sekali lagi handphoneku, terdapat banyak sekali panggilan tidak terjawab dari
Ibu dan abang-abang Laura. Dasar Laura, sampai melibatkan keluarganya hanya
karena aku tiodak mengucapkan ulang tahun. Aku segera mengeluarkan kue
ulangtahun Laura yang kubeli semalam, dan tak lupa pula hadiahnya.
Aku mengayuh sepeda dengan semangat
karena tidak sabaran melihat ekspresi Laura. Sesampai dirumahnya, aku terdiam
melihat banyak orang. Aku masuk perlahan ke dalamnya. Ibu Laura sedang menangis
keras di sela-sela padatnya kerumuman. Semakin mendekat, aku melihat dua buah
peti. Aku melihat peti terujung yang paling dekat denganku. Ya Tuhan! Ayah
Laura! AYAH LAURA MENINGGAL! Cepat-cepat aku mencari Laura di sekitar kerumunan
itu. Tak kutemukan ia sama sekali.
“Ify....” tiba-tiba ibu Laura
memanggilku. Suara-suara dari pengunjung yang datang melayat berhenti. Aku menatap
Ibu Laura penuh penasaran.
“Ify.. Laura sudah pergi mendahului
kita..” lanjut Ibu Laura pelan. Nafasku terhenti. Dadaku sesak. Kue yang ku
bawa dengan hati-hati sejak tadi, terjatuh. Aku berterik sekencang-kencangnya.
Aku tidak peduli semua mata menatapku. Aku menghampiri peti kedua yang tidak
sempat kulihat tadi. Tubuh Laura terbujur kaku disana. Rasa-rasanya seperti
mimpi. Aku seperti melihat dia tertidur. Ia tetap saja tampak cantik seperti
biasanya, selalu tersenyum. Senyumnya
seperti ingin memberitahu sesuatu. Kusentuh pipinya tak percaya. Dingin. Keras.
Kaku. Dan tetap lembut seperti terakhir kali ku sentuh. Kurasakan bulir-bulir
hangat mengalir di pipiku. Aku menangis. Menangis di hari ulang tahun
sahabatku. Menangis untuk terakhir kalinya di hadapannya.
Aku menatap scrapbook yang sejak tadi
kupegang. Kuletakkan ragu-ragu sampai sebuah tangan menghentikanku. Ibu Laura.
“Jangan biarkan kenangan kalian
terkubur bersama jasad Laura. Tidak akan ada gunanya kau meletakkan album itu
disana. Kau letakkan atau tidak, Laura tetap tahu ketulisan hatimu membuatnya.
Ia akan tetap tahu bahwa itu hadiah terndah yang pernah di terimanya. Simpan
saja.” Katanya sambil menangis.
Aku memeluk scrapbook itu erat. Erat sekali
sampai aku merasakan rasa sesakku perlahan menghilang.
0 komentar:
Posting Komentar