RSS

SWEET SEVENTEEN GIFT FOR LAURA



            Halo sobat, namaku Afi. Aku seorang movieholic. Aku punya seorang sahabat, namanya Laura. Aku sudah lupa bagaimana dulu kami berkenalan, tapi yang aku ingat, kami sudah sangat lama berteman. Menurutku, Laura adalah orang terbaik dalam hidupku setelah keluargaku. Maklum, orang jomblo. Aku anak Kedua dari tiga bersaudara. Aku punya seorang Kakak lelaki dan adik perempuan yang masih berumur lima tahun. Abangku bernama Satria, jadi aku suka memanggilnya Bangsat, karena menurutku sesuai dengan perilakunya yang suka menggodaku dan membuat nangis Leona, adik bungsuku.

            Karena aku tidak punya kakak, aku sudah menganggap Laura adalah kakakku. Begitu pula dia, karena kebetulan sekali dia tidak punya adik perempuan sepertiku. Laura lima bersaudara, dia anak bungsu yang punya tiga saudara laki-laki dan satu-satunya saudara perempuannya adalah kakak tertuanya, yang sudah menikah. Lebih baik tidak usah kuceritakan kelakuan abang-abangnya, yang pasti lebih jahil dan lebih menyusahkan daripada Satria. Rumahku dan rumah Laura hanya berjarak sekitar sepuluh rumah, jadi aku suka bersepeda kerumahnya hanya untuk sekedar mengerjakan PR bersama atau mengajak bermain.
            Hal lain yang kusuka dari Laura adalah dia seorang movieholic juga, sama sepertiku. Bedanya dia suka film action, sedangkan aku lebih suka drama korea. Meskipun Laura suka film action, tapi dia juga mau menemaniku menonton drama korea, begitu pula sebaliknya. Di akhir minggu,kami suka menonton film bersama, berganti-gantian di rumahku atau di rumahnya.
            Minggu ini, seharusnya giliran menonton dirumahku. Tapi Laura tidak bisa datang karena dia pergi weekend bersama keluarga besarnya. Aku sudah membeli beberapa DVD drama korea semalam, jadi aku merasa sayang jika tidak menontonnya. Alhasil, aku menontonnya sendirian tanpa Laura. Inilah fakta Drama Korea, mampu membuat air mataku jatuh, meski ada beberapa keping DVD yang kupatahkan karena endingnya bikin aku ga nahan.
Tapi aku terharu dengan DVD yang baru ku tonton ini. Ceritanya tentang  pasangan yang ga bisa satu gara-gara perang kedua daerah tempat mereka masing-masing tinggal. Si cowo ngasih buku yang isinya album kenangan mereka berdua selama masa pedekate hingga pacaran sebelum dia pergi perang. Abis itu perangnya selesai kedua daerah mereka berdamai, tapi si cowo ga balik juga. Orangtua si cewe menjodohkan dia dengan orang lain, karena si cowok yang dianggap uda mati. Di hari pernikahannya, sebelum cincin dipasangkan, si cowo menghentikan pernikahan itu dan mereka akhirnya bisa bersama. Awalnya si cewe ga percaya kalau si cowok masih hidup, tapi ternyata si cowo punya replika album kenangan mereka. Akhirnya mereka bisa hidup bersama dan bahagia. Romantis bangeeeeeeet!
Dua bulan lagi Laura berulangtahun yang ke 17.  How lucky she is! Mungkin aku bisa merayakan sweetseventeenku setelah lulus SMA. Yah, derita kecepatan masuk sekolah. Aku mendapat pencerahan dengan menonton drama korea itu. Hadiah yang ga makan biaya banyak, unik dan bermakna, SCRAPBOOK! Atau lebih semcam album kenangan kebersamaan kami selama ini. Well, karena dia ulang tahun ke 17, jadi aku akan buat judul bukunya HAPPY 17th dan jumlah halamannya sebnayk 17 lembar. Kece kan?
Akun ga punya siapa-siapa untuk membantuku membuat proyek ini, jadi aku meminta Laura untuk membantuku sekaligus memberi nasihat, karena Laura cukup expert dalam hal Kerajinan tangan. Aneh memang, tapi dia sama sekali tidak tahu kalau aku sedang buiat scrapbook untuk hadiah ulang tahunnya. Dia hanya membantuku menggunting atau membuat hiasan. Kubilang saja aku ingin membuat hiasan kamar. Dia percaya saja, karena saat ia ikut membantu scrapbook ini masih berbentuk lembaran dan belum tampak seperti buku.
Besok adalah ulangtahun Laura. Malam ini aku sengaja tidak bergadang untuk mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN pada Laura pada jam 12 tepat seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku ingin membuat tahun ini menjadi berbeda untuknya. Tepat jam Satu malam, aku terbangun mendengar suara handphoneku berbunyi. Laura menelpon. Mungkin dia bertanya-tanay mengapa aku tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Aku sengaja tidak mengangkat karena aku ingin dia semakin gelisah memikirkan aku tidak mengucapkan selamat.
Esok paginya, aku bangun terlambat, karena kebetulan hari ini adalah hari libur. Yaampun ulangtahun Laura! Kucek sekali lagi handphoneku, terdapat banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Ibu dan abang-abang Laura. Dasar Laura, sampai melibatkan keluarganya hanya karena aku tiodak mengucapkan ulang tahun. Aku segera mengeluarkan kue ulangtahun Laura yang kubeli semalam, dan tak lupa pula hadiahnya.
Aku mengayuh sepeda dengan semangat karena tidak sabaran melihat ekspresi Laura. Sesampai dirumahnya, aku terdiam melihat banyak orang. Aku masuk perlahan ke dalamnya. Ibu Laura sedang menangis keras di sela-sela padatnya kerumuman. Semakin mendekat, aku melihat dua buah peti. Aku melihat peti terujung yang paling dekat denganku. Ya Tuhan! Ayah Laura! AYAH LAURA MENINGGAL! Cepat-cepat aku mencari Laura di sekitar kerumunan itu. Tak kutemukan ia sama sekali.
“Ify....” tiba-tiba ibu Laura memanggilku. Suara-suara dari pengunjung yang datang melayat berhenti. Aku menatap Ibu Laura penuh penasaran.
“Ify.. Laura sudah pergi mendahului kita..” lanjut Ibu Laura pelan. Nafasku terhenti. Dadaku sesak. Kue yang ku bawa dengan hati-hati sejak tadi, terjatuh. Aku berterik sekencang-kencangnya. Aku tidak peduli semua mata menatapku. Aku menghampiri peti kedua yang tidak sempat kulihat tadi. Tubuh Laura terbujur kaku disana. Rasa-rasanya seperti mimpi. Aku seperti melihat dia tertidur. Ia tetap saja tampak cantik seperti biasanya, selalu tersenyum.  Senyumnya seperti ingin memberitahu sesuatu. Kusentuh pipinya tak percaya. Dingin. Keras. Kaku. Dan tetap lembut seperti terakhir kali ku sentuh. Kurasakan bulir-bulir hangat mengalir di pipiku. Aku menangis. Menangis di hari ulang tahun sahabatku. Menangis untuk terakhir kalinya di hadapannya.
 Aku menatap scrapbook yang sejak tadi kupegang. Kuletakkan ragu-ragu sampai sebuah tangan menghentikanku. Ibu Laura.
“Jangan biarkan kenangan kalian terkubur bersama jasad Laura. Tidak akan ada gunanya kau meletakkan album itu disana. Kau letakkan atau tidak, Laura tetap tahu ketulisan hatimu membuatnya. Ia akan tetap tahu bahwa itu hadiah terndah yang pernah di terimanya. Simpan saja.” Katanya sambil menangis.
Aku memeluk scrapbook itu erat. Erat sekali sampai aku merasakan rasa sesakku perlahan menghilang.

0 komentar:

Posting Komentar